Sunday 7 June 2015

AL-QUR’AN BERBICARA TENTANG AL-QUR’AN



MAKALAH
 AL-QUR’AN BERBICARA TENTANG AL-QUR’AN
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen pengampu : Dr. H. Mohamad Arja Imroni, M.Ag.










Oleh :
Ahmad Zamroni   1402026035
M.Bahrul Ulum    1402026043
Rifqi Rahmawati  1402026085
Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
                                                  Tahun 2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Al-Qur’an merupakan sumber hukum pertama bagi umat muslim, sehingga menjadikan tuntutan yang lebih untuk mempelajarinya lebih dalam agar dapat dijadikan sebagai sumber hukum yang sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin modern seperti sekarang ini. Berbagai perubahan zaman yang tidak sama seperti pada saat Al-qur’an diturunkan pertama kali, Sehingga dalam mengambil dalil-dalil Al-qur’an harus benar-benar sesuai dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Disamping itu, Allah menurunkan Al-qur’an juga terdapat tujuan daripadanya. Meskipun sebelum diturunkannya Al-qur’an juga ada kitab lain yang dipakai kaum-kaum terdahulu. Lalu bagaimana posisi kitab-kitab yang dahulu pernah dijadikan umat manusia sebagai sumber hukum sebelum adanya Al-qur’an. Untuk itu, usaha pengkajian sangat diperlukan agar kita dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan tentang Al-qur’an, baik dari nama-nama yang bisa digunakan untuk menyebut Al-qur’an sampai isi yang ada dalam Al-qur’an itu sendiri.
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah tertera di atas maka rumusan masalah yang kita temukan adalah:
1.      Apa saja sebutan untuk Al-Qur’an?
2.      Bagaimana tujuan diturunkannya Al-Qur’an?
3.      Bagaimana hubungan Al-Qur’an dengan kitab sebelumnya?
4.      Bagaimana isi kandungan Al-Qur’an?






BAB II
PEMBAHASAN


A.    Sebutan untuk Al-Qur’an
Berikut ini beberapa sebutan atau nama lain yang dapat digunakan untuk menyebut Al-Qur’an:
1.      Al-Kitab
Dinamakan demikian karena al-kitab dalam pengertian yang berlaku umum, yang berarti lembaran-lembaran yang memuat sekumpulan makna, yang tertulis dengan pena, dicetak ataupun dengan cara lain. Juga karena penulisan tak lain adalah kumpulan huruf dan tulisan kata-kata, maka penamaan Kalamullah dengan nama al-kitab mengisyaratkan pengumpulannya dalam lembaran-lembaran.[1]
Firman-firman Allah yang menyagkut perkataan al-kitab mengandung sejumlah pengertian, antara lain:
a.       “ … dan Allah menurunkan bersama mereka kitab dengan benar…” (QS.Al-Baqarah: 213)
b.      “Hai Yahya, ambillah Al-Kitab itu dengan sungguh-sungguh” (QS. Maryam: 12)
c.       “Bacalah kitabmu! Cukuplah dirimu sendiri pada saat ini sebagai penghisab terhadapmu” (QS. Al-Isra’ : 13-14)
2.      Al Furqon
Dalam surat Al-Furqon ayat 1: “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”.
Al-furqon sendiri mengandung arti “pembedaan” dan analoginya adalah: Pemberitahuan akan peran yang dijalankan Kitabullah dalam membedakan petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebathilan, jalan ke surga dan jalan ke neraka, jalan yang halal dan jalan yang haram, dan lain sebagainya.

3.      Al-Kalam
Al-kalam adalah kata bentukan yang berarti “bekas” atau “pengaruh” karena ia membekaskan dalam benak pendengar suatu faedah yang sebelumnya tidak ada padanya. Firman Allah SWT:
وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ٱسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُۥ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُونَ

“Dan jika seseorang diantara orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengarkan firman allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan karena mereka itu kaum yang tidak mengetahui”. (QS.At-Taubah: 6)
4.      Al-Huda
Keberadaan al-qur’an adalah sebagai pemberi petunjuk bagi umat manusia atas kebenaran dan jalan yang lurus. Firman Allah SWT:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS.  Al Baqarah: 185)
5.      Al-Dzikr
Arti dzikr sendiri adalah “Kemuliaan”, bahwa rosulullah SAW mendapatkan kemuliaan tertinggi yakni dengan menyampaikan Al-Qur’an. Selain nama atas al-qur’an, dzikr sendiri juga bisa dijadikan sifat al-qur’an.[2] Menurut Al-Zarkasyi, Al-qur’an mengandung peringatan-peringatan, nasihat-nasihat, serta informasi mengenai umat yang telah lalu yang tentu saja sebagai peringatan dan nasihat bagi orang yang bertaqwa. Seperti halnya pada surat Al-Hijr ayat 6: Dan mereka berkata “Wahai orang yang diturunkan padanya Al-Dzikr…”
Selain nama-nama tersebut, Al-Qadhi Abu Al-Ma’aliy ‘Aziziy bin Abdu Al-Malik, seperti dikutip dalam Al-Burhan (Jilid 1, hlm.273) mengatakan bahwa ada beberapa nama al-qur’an, antara lain:
1.      Nur (An-Nisaa’: 174)
2.      Rahmah (Yunus: 58)
3.      Syifa’ (Al-Isra’: 82)
4.      Karim (Al-Waqi’ah: 77)
5.      Ali (Al-Zukhruf: 41)
6.      Hikmah (Al-Qamar: 5)
7.      Hakim (Yunus: 1-2)
8.      Mubarak (Shad: 29)
9.      Habl (Ali Imran: 103)
10.  Syirath (Al-An’am: 153)
11.  Al-qayyim (At-Thariq: 13)[3]

B.     Tujuan diturunkannya Al-Qur’an
Tujuan diturunkannya Al-Qur’an antara lain:
1.      Penjelasan yang sempurna
Didalam Al-qur’an, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan berbagai sisi dalam kehidupan kita. Mulai dari tauhid, hukum, akhlak, ilmu pengetahuan, janji dan ancaman, dan lain sebagainya. Seperti yang dijelaskan dalam surat Hud ayat 1:
" Alif Lam Ra. (Inilah) Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi kemudian dijelaskan secara terperinci, (yang diturunkan) dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana, Mahateliti". (Q. S. Hud:1)
Dari ayat diatas menjelaskan bahwa ayat-ayat Al-qur’an tersusun dengan rapi dan setiap makna yang terkandung didalam ayat Al-qur’an mengandung makna yang terperinci. Ayat-ayat tersebut akan menjelaskan bagaimana keperluan manusia dalam menjalani kehidupannya. Oleh sebab itu tujuan dan hikmah diturunkannya Al-qur’an adalah sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia. Ayat lain dalam Al-qur;an adalah Surat Al-Hijr ayat 1:
" Alif Lam Ra. (Surah) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat kitab (yang sempurna) yaitu (ayat-ayat) Al-Qur`an yang memberi penjelasan." (Q. S.Al-Hijr: 1)
Penjelasan dari ayat tersebut bahwa ayat-ayat Al-qur’an yang sempurna memberikan penjelasan dari semua kehidupan manusia, surat Al-Hajj ayat 5 menjelaskan tentang penciptaan manusia, hal ini jauh sebelum ditemukannya dunia kedokteran, namun Al-qur’an terlebih dahulu telah menjelaskan bagaimana segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan manusia didunia ini.
2.      Pemberi peringatan
Selain memberikan penjelasan, ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an juga memberi peringatan tentang hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Janji-janji Allah yang ada dalam Al-qur’an pada saatnya akan menjadi nyata, bagi orang-orang yang beriman, hal ini tentu bukan kabar baru. Adanya Janji-janji, peringatan, ancaman bagi siapapun yang melakukan perbuatan didunia ini akan mendapat balasan kelak.pada Surat Al-kahfi ayat 1-3:
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikan bengkok. Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapatkan balasan yang baik. Mereka akan kekal didalamnya untuk selama-lamanya”
3.      Mengetahui Allah
Dengan adanya Al-qur’an, Allah mengabarkan bahwa ialah yang maha satu, yang menciptakan seluruh alam dan isinya, yang mengatur segala urusan manusia dibumi. Allah yang memberikan rezeki dan maha pemelihara, hanya Allah yang maha satu, seperti yang ada dalam surat Al-Ikhlas. Kemudian firman Allah:
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki `Arsy (singgasana) yang agung ". (Q. S. At-Taubah: 129)
" Dan katakanlah," Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya ". (Q. S .Al- Isra`: 111)

4.      Pembelajaran bagi orang yang berakal
Al-qur’an diturunkan kepada umat manusia agar dipelajari dan dikaji, sehingga manusia mampu memikirkan apa yang ada dalam Al-qur’an. Bagi orang-orang yang berakal akan mengambil pelajaran dan hikmah yang terkandung daripada Al-qur’an, baik laki-laki maupun perempuan. Dengan demikian, Al-qur’an akan menjadikan keimanan setiap manusia menjadi bertambah, memikirkan apa yang telah diberikan Allah SWT kepada manusia.
“…Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “kami beriman kepadanya (Al-Qur’an). Semuanya dari sisi Tuhan kami:. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal”, (QS. Ali Imran: 7)
“Apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) yang dibacakan kepada mereka? Sungguh dalam (Al-Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-Ankabut: 51)
C.    Hubungan Al-Qur’an dengan kitab sebelumnya
Al-qur’an yang merupakan kitab keempat yang diakui keberadaanya oleh umat Islam setelah adanya tiga kitab yakni zabur, taurat, dan injil. Kitab Al-Qur’an merupakan kitab yang terakhir yang diturunkan kepada nabi Muhamad SAW. Oleh sebab itu, posisi Al-qur’an terkait hubungannya dengan kitab-kitab terdahulu antara lain:
1.      Menegaskan eksistensi kitab terdahulu
Peran dari Al-qur’an sebagai penegas bagi kitab sebelumnya dijelaskan dalam surat Al-baqarah ayat 2-4:
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”. (Al-Baqarah 2-4)
2.      Pembenar dan ujian
Al-qur’an juga sebagai pembenar (mushaddiq) sekaligus menjadi ujian (muhaymin) terhadap kitab-kitab sebelumnya. Hal ini terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 48:
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu” (Al-Ma'idah 48)
3.      Referensi utama
Agama islam mempercayai bahwa setiap bangsa memiliki nabi yang diutus kepada mereka sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Yunus ayat 47 yang artinya:
“Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya”. (Yunus 47)
Kemudian apabila umat tersebut berselisih mengenai sesuatu hal maka Al Qur’an dapat menjadi hakim atau referensi untuk menjelaskan hal-hal atas apa yang mereka perselisihkan. Ayat Al-qur’an surat An-Nahl:63-64 menjelaskan:
“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (An Nahl 63-64)
4.      Sejarah yang benar
Maksud sejarah yang benar adalah bahwa sejarah yang diceritakan Al qur’an terkait cerita umat-umat terdahulu adalah benar keberadaannya. Cerita-cerita tersebut mengenai kaum dari rosul-rosul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian tentang kehidupan para rasul. Beberapa cerita yang ada dalam Al qur’an berbeda dengan versi kitab-kitab selain Al qur’an.
D.    Isi kandungan Al-Qur’an
Menurut Muhammad Al-Khudlari, isi al-qur’an dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.      Yang berhubungan dengan keimanan kepada Allah, kitab-kitab-Nya dan hari akhir. Hal ini merupakan pembahasan ilmu kalam.
2.      Yang berhubungan dengan perbuatan hati dan akhlak yang mulia, ini merupakan pembahasan ilmu akhlak.
3.      Yang berhubungan dengan perbuatan anggota badan, ini merupakan pembahasan ilmu fiqh.[4]
Kemudian Muhammad Abduh menguraikan isi pokok Al-Qur’an sebagai berikut:
1.      Tauhid
2.      Janji dan kabar gembira dengan baiknya pahala bagi orang yang mengambil tauhid serta ancaman dan peringatan bagi orang yang tidak mau mengambilnya
3.      Ibadah yang menghidupkan dan menumbuhkan tauhid dalam hati
4.      Menerangkan hukum-hukum yang menjadi jalan kebahagiaan dan cara-cara menempuhnya yang menyampaikan kepada kenikmatan-kenikmatan dunia dan akhirat.
5.      Kisah-kisah orang yang berdiri pada batas-batas Allah dan mengambil pokok-pokok agamanya dan berita-berita orang yang melampaui batas-batas Allah dan membuang hukum agamanya hal ini untuk diambil pelajaran dan memilih jalan orang-orang yang baik.[5]
Menurut Prof.Mahmud Syaltut, kandungan Al-Qur’an itu ada enam macam, yaitu:
1.      Aqidah yang wajib dipercayai oleh seseorang. Aqidah tersebut ialah iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, Rasul, Hari akhir dan sebagainya. Hal ini menjadi pemisah antara mu’min dan kafir.
2.      Akhlak yang dapat mendidik jiwa serta memperbaiki masyarakat ataupun individu dan meniadakan tindakan-tindakan yang dapat membawa bencana bagi manusia.
3.      Memberi dorongan dan bimbingan dalam mengamati alam semesta untuk mengetahui hikmah-hikmah Allah dialam ini yang akhirnya dapat meyakini akan kebesarannya berdasarkan pemikirannya sendiri, bukan sekedar ikut-ikutan atau Taklid semata.
4.      Kisah-kisah orang terdahulu, baik kisah perseorangan maupun bangsa-bangsa. Perihal kisah ini dimuat dalam Al-Qur’an dengan tujuan agar menjadi pelajaran bagi umat yang akan datang.
5.      Janji dan ancaman
6.      Hukum-hukum praktis, yaitu berkenaan dengan peribadatan atau perhubungan antara hamba dengan Tuhannya. Termasuk kandungan Al-qur’an yang didalamnya mengandung ilmu pengetahuan bahasa arab, nahwu, sharaf, dan balaghah.
Menurut Dr. Ir. Muhamad Shahrul menyatakan bahwa kandungan Al-qur’an ada dua tema pokok, yaitu:
1.      Bagian yang tetap
Bagian ini berupa undang-undang atau tata aturan universal yang mengatur segala eksistensi sejak penciptaan alam semesta. Terdapat undang-undang perkembangan, hukum objektif kematian, dan hukum perubahan bentuk hingga datangnya hari kiamat dan ditiupkannya sangkakala, kebangkitan, surga dan neraka. Bagian ini bukan tempat /wilayah permohonan manusia untuk dapat dirubah.
2.      Bagian Al-Qur’an yang berubah
Dalam bagian ini , peristiwa dan hukum alam partikular. Contohnya adalah perubahan angin, keragaman warna kulit, keragaman genetik, bencana alam, dan sebagainya. Seluruh peristiwa ini dapat mengalami perubahan, dan kejadiannya pada manusia tidak ditetapkan terlebih dahulu atau tidak bersifat qadim.[6]
Jika menilik buku karangan Dr. H.A. Athaillah yang menyatakan bahwa hal-hal yang terkandung didalam kitab suci ada empat macam, yakni:
1.      Akidah yang wajib diimani, baik yang berkenaan dengan Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, dan hari akhir. Bagian yang pertama inilah yang menjadi pemisah antara iman dan kafir.
2.      Hukum-hukum yang praktis yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, baik yang muslim maupun non muslim, dan dengan alam lingkungannya.
3.      Akhlak yang mulia, yang dapat memperbaiki kondisi perangai perorangan dan masyarakat serta mendidik rohani seseorang dan umat menjadi pribadi-pribadi yang luhur dan umat yng baik
4.      Janji akan memperoleh balasan yang baik yang berlipat ganda bagi orang-orang beriman dan berbuat baik, orang-orang yang mau mencari keridhaan Allah dan mau meniti jalan yang selamat baik didunia maupun diakhirat. Dan ancaman akan menerima hukuman yang setimpal bagi orang-orang kafir dan berbuat jahat atau maksiat.[7]




BAB III
PENUTUP

A.    SIMPULAN
Nama-nama untuk menyebut Al-quran antara lain Al-kitab, Al-Furqon, Al-huda, Al-kalam, dan lain sebagainya. Kemudian hikmah diturunkannya Al-quran adalah sebagai pejelasan yang sempurna dalam urusan manusia, pemberi peringatan, mengetahui Allah SWT dan bagi orang-orang referensi utama khususnya digunakan sebagai sumber hukum Islam, mengetahui Allah bagi orang-orang yang berfikir. Dari beberapa hikmah yang ada dalam Al-quran semuanya demi kebaikan manusia dalam menjalani kehidupannya.
Didalam agama islam juga mengakui adanya kitab-kitab terdahulu sebelum diturunkannya Al-quran kepada nabi muhamad, hubungan antara lain adalah menegaskan eksistensi kitab terdahulu, pembenar dan ujian, referensi utama khususnya sumber hukum bagi agama yang menganutnya, dan sejarah yang benar. Ada beberapa isi kandungan dalam Al-quran aqidah, hukum, akhlak, janji dan ancaman, dan lain sebagainya.

B.     SARAN
Penulis menyarankan, perlunya pembelajaran tentang ilmu al-quran untuk mengetahui kandungan yang ada dalam al kitab, sehingga sebagai generasi yang dipercaya untuk bisa menjelaskan terkait hukum agama islam. Sebagai kaum terpelajar tidak ada alasan untuk tidak dapat mempelajari ilmu-ilmu al-quran. Agar bisa menjadi generasi penerus yang berkualitas.









DAFTAR PUSTAKA


Al-Khudlari, Muhamad. 1920. Tarikh Tasyrik Islam. Mesir: Darul Ihyail Kutubil Arabiyah.
Al-‘Aththar, Dawud. 1994. Mujaz ‘Ulum Al-Qur’an: Terjemahan. Bandung: Pustaka Indah. 
Athaillah, H.A. 2010. Sejarah Al-quran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 
Hermawan, Acep. 2011. ‘Ulumul Quran: Ilmu untuk Memahami Wahyu. Bandung: Remaja
             Rosdakarya.
Muh. Rasyid Ridla, Muh. Rasyid. 1953. Tafsir Al-Manaar. Mesir: Darul Manaar. 
Shahrur, Muhamad. 2007. Prinsip dan Dasar Hermeneutika Al-Quran Kontemporer.
Yogyakarta: Elsaq Press. 
http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_Alquran_dengan_kitab_lain Diakses pada hari Senin, 9 maret 2015. Pukul 2.52 pm




[1] Dawud Al-‘Aththar, Mujaz ‘Ulum Al-Qur’an: Terjemahan, (Bandung: Pustaka Indah, 1994), hlm.45.
[2] Ibid, hlm.47
[3] Acep Hermawan, ‘Ulumul Quran: Ilmu untuk Memahami Wahyu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.14.
[4] Muhamad Al-Khudlari, Tarikh Tasyrik Islam, (Mesir: Darul Ihyail Kutubil Arabiyah, 1920), hlm.16-17.
[5] Muh. Rasyid Ridla, Tafsir Al-Manaar, (Mesir: Darul Manaar, 1953), hlm.39.
[6] Muhammad Shahrur, Prinsip dan Dasar Hermeneutika Al-Quran Kontemporer,(Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), hlm.96-97.
[7] H.A. Athaillah, Sejarah Al-quran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.32-33.

No comments:

Post a Comment