MAKALAH
AL-QUR’AN BERBICARA TENTANG AL-QUR’AN
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen pengampu : Dr. H. Mohamad Arja Imroni,
M.Ag.
Oleh
:
Ahmad
Zamroni 1402026035
M.Bahrul Ulum 1402026043
Rifqi Rahmawati 1402026085
Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang
Tahun
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Al-Qur’an merupakan sumber hukum
pertama bagi umat muslim, sehingga menjadikan tuntutan yang lebih untuk
mempelajarinya lebih dalam agar dapat dijadikan sebagai sumber hukum yang
sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin modern seperti sekarang ini. Berbagai
perubahan zaman yang tidak sama seperti pada saat Al-qur’an diturunkan pertama
kali, Sehingga dalam mengambil dalil-dalil Al-qur’an harus benar-benar sesuai
dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Disamping itu, Allah menurunkan
Al-qur’an juga terdapat tujuan daripadanya. Meskipun sebelum diturunkannya
Al-qur’an juga ada kitab lain yang dipakai kaum-kaum terdahulu. Lalu bagaimana
posisi kitab-kitab yang dahulu pernah dijadikan umat manusia sebagai sumber
hukum sebelum adanya Al-qur’an. Untuk itu, usaha pengkajian sangat diperlukan
agar kita dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan tentang Al-qur’an, baik dari
nama-nama yang bisa digunakan untuk menyebut Al-qur’an sampai isi yang ada
dalam Al-qur’an itu sendiri.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang
sudah tertera di atas maka rumusan masalah yang kita temukan adalah:
1. Apa saja sebutan untuk Al-Qur’an?
2. Bagaimana tujuan diturunkannya
Al-Qur’an?
3. Bagaimana hubungan Al-Qur’an dengan
kitab sebelumnya?
4. Bagaimana isi kandungan Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sebutan
untuk Al-Qur’an
Berikut
ini beberapa sebutan atau nama lain yang dapat digunakan untuk menyebut
Al-Qur’an:
1.
Al-Kitab
Dinamakan
demikian karena al-kitab dalam pengertian yang berlaku umum, yang berarti
lembaran-lembaran yang memuat sekumpulan makna, yang tertulis dengan pena,
dicetak ataupun dengan cara lain. Juga karena penulisan tak lain adalah
kumpulan huruf dan tulisan kata-kata, maka penamaan Kalamullah dengan nama
al-kitab mengisyaratkan pengumpulannya dalam lembaran-lembaran.[1]
Firman-firman
Allah yang menyagkut perkataan al-kitab mengandung sejumlah pengertian, antara
lain:
a.
“ … dan Allah menurunkan bersama mereka kitab dengan
benar…” (QS.Al-Baqarah: 213)
b.
“Hai Yahya, ambillah Al-Kitab itu dengan
sungguh-sungguh” (QS. Maryam: 12)
c.
“Bacalah kitabmu! Cukuplah dirimu sendiri pada saat
ini sebagai penghisab terhadapmu” (QS. Al-Isra’ : 13-14)
2.
Al Furqon
Dalam surat Al-Furqon ayat 1: “Maha suci Allah yang
telah menurunkan Al-Furqon (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam”.
Al-furqon sendiri mengandung arti “pembedaan” dan
analoginya adalah: Pemberitahuan akan peran yang dijalankan Kitabullah dalam
membedakan petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebathilan, jalan ke surga dan
jalan ke neraka, jalan yang halal dan jalan yang haram, dan lain sebagainya.
3.
Al-Kalam
Al-kalam
adalah kata bentukan yang berarti “bekas” atau “pengaruh” karena ia membekaskan
dalam benak pendengar suatu faedah yang sebelumnya tidak ada padanya. Firman
Allah SWT:
وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
ٱسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ
مَأْمَنَهُۥ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُونَ
“Dan jika seseorang
diantara orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah ia supaya ia sempat mendengarkan firman allah, kemudian antarkanlah
ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan karena mereka itu kaum
yang tidak mengetahui”. (QS.At-Taubah: 6)
4.
Al-Huda
Keberadaan
al-qur’an adalah sebagai pemberi petunjuk bagi umat manusia atas kebenaran dan
jalan yang lurus. Firman Allah SWT:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى
لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ
الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ
أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al
Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang
siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya) di bulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari
yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Al Baqarah: 185)
5.
Al-Dzikr
Arti
dzikr sendiri adalah “Kemuliaan”, bahwa rosulullah SAW mendapatkan kemuliaan
tertinggi yakni dengan menyampaikan Al-Qur’an. Selain nama atas al-qur’an,
dzikr sendiri juga bisa dijadikan sifat al-qur’an.[2]
Menurut Al-Zarkasyi, Al-qur’an mengandung peringatan-peringatan,
nasihat-nasihat, serta informasi mengenai umat yang telah lalu yang tentu saja
sebagai peringatan dan nasihat bagi orang yang bertaqwa. Seperti halnya pada
surat Al-Hijr ayat 6: Dan mereka berkata “Wahai orang yang diturunkan padanya
Al-Dzikr…”
Selain
nama-nama tersebut, Al-Qadhi Abu Al-Ma’aliy ‘Aziziy bin Abdu Al-Malik, seperti
dikutip dalam Al-Burhan (Jilid 1, hlm.273) mengatakan bahwa ada beberapa nama
al-qur’an, antara lain:
1.
Nur (An-Nisaa’: 174)
2.
Rahmah (Yunus: 58)
3.
Syifa’ (Al-Isra’: 82)
4.
Karim (Al-Waqi’ah: 77)
5.
Ali (Al-Zukhruf: 41)
6.
Hikmah (Al-Qamar: 5)
7.
Hakim (Yunus: 1-2)
8.
Mubarak (Shad: 29)
9.
Habl (Ali Imran: 103)
10. Syirath
(Al-An’am: 153)
11. Al-qayyim
(At-Thariq: 13)[3]
B. Tujuan
diturunkannya Al-Qur’an
Tujuan
diturunkannya Al-Qur’an antara lain:
1.
Penjelasan yang sempurna
Didalam
Al-qur’an, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan berbagai sisi dalam
kehidupan kita. Mulai dari tauhid, hukum, akhlak, ilmu pengetahuan, janji dan ancaman,
dan lain sebagainya. Seperti yang dijelaskan dalam surat Hud ayat 1:
" Alif Lam Ra. (Inilah) Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi kemudian dijelaskan secara terperinci, (yang diturunkan) dari sisi (Allah)
Yang Maha Bijaksana, Mahateliti". (Q. S. Hud:1)
Dari
ayat diatas menjelaskan bahwa ayat-ayat Al-qur’an tersusun dengan rapi dan
setiap makna yang terkandung didalam ayat Al-qur’an mengandung makna yang
terperinci. Ayat-ayat tersebut akan menjelaskan bagaimana keperluan manusia
dalam menjalani kehidupannya. Oleh sebab itu tujuan dan hikmah diturunkannya
Al-qur’an adalah sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia. Ayat lain dalam
Al-qur;an adalah Surat Al-Hijr ayat 1:
"
Alif Lam Ra. (Surah) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat kitab (yang sempurna)
yaitu (ayat-ayat) Al-Qur`an yang memberi penjelasan." (Q. S.Al-Hijr: 1)
Penjelasan
dari ayat tersebut bahwa ayat-ayat Al-qur’an yang sempurna memberikan
penjelasan dari semua kehidupan manusia, surat Al-Hajj ayat 5 menjelaskan
tentang penciptaan manusia, hal ini jauh sebelum ditemukannya dunia kedokteran,
namun Al-qur’an terlebih dahulu telah menjelaskan bagaimana segala sesuatu yang
berkaitan dengan kehidupan manusia didunia ini.
2.
Pemberi peringatan
Selain
memberikan penjelasan, ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an juga memberi
peringatan tentang hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Janji-janji Allah yang
ada dalam Al-qur’an pada saatnya akan menjadi nyata, bagi orang-orang yang
beriman, hal ini tentu bukan kabar baru. Adanya Janji-janji, peringatan,
ancaman bagi siapapun yang melakukan perbuatan didunia ini akan mendapat
balasan kelak.pada Surat Al-kahfi ayat 1-3:
“Segala puji bagi Allah
yang telah menurunkan Kitab (Al-qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak
menjadikan bengkok. Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan
siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada
orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapatkan
balasan yang baik. Mereka akan kekal didalamnya untuk selama-lamanya”
3.
Mengetahui Allah
Dengan
adanya Al-qur’an, Allah mengabarkan bahwa ialah yang maha satu, yang
menciptakan seluruh alam dan isinya, yang mengatur segala urusan manusia
dibumi. Allah yang memberikan rezeki dan maha pemelihara, hanya Allah yang maha
satu, seperti yang ada dalam surat Al-Ikhlas. Kemudian firman Allah:
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka
katakanlah: Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya
aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki `Arsy (singgasana) yang
agung ". (Q. S. At-Taubah: 129)
" Dan katakanlah," Segala puji bagi
Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam
kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan dan agungkanlah
Dia seagung-agungnya ". (Q. S .Al- Isra`: 111)
4.
Pembelajaran bagi orang yang berakal
Al-qur’an
diturunkan kepada umat manusia agar dipelajari dan dikaji, sehingga manusia
mampu memikirkan apa yang ada dalam Al-qur’an. Bagi orang-orang yang berakal
akan mengambil pelajaran dan hikmah yang terkandung daripada Al-qur’an, baik
laki-laki maupun perempuan. Dengan demikian, Al-qur’an akan menjadikan keimanan
setiap manusia menjadi bertambah, memikirkan apa yang telah diberikan Allah SWT
kepada manusia.
“…Dan orang-orang yang
ilmunya mendalam berkata, “kami beriman kepadanya (Al-Qur’an). Semuanya dari
sisi Tuhan kami:. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang
berakal”, (QS. Ali Imran: 7)
“Apakah tidak cukup bagi
mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) yang dibacakan
kepada mereka? Sungguh dalam (Al-Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan
pelajaran bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-Ankabut: 51)
C. Hubungan
Al-Qur’an dengan kitab sebelumnya
Al-qur’an yang merupakan kitab keempat yang diakui keberadaanya oleh umat
Islam setelah adanya tiga kitab
yakni zabur, taurat, dan injil. Kitab Al-Qur’an merupakan kitab yang terakhir yang diturunkan kepada
nabi Muhamad SAW. Oleh sebab itu, posisi Al-qur’an terkait hubungannya dengan
kitab-kitab terdahulu antara lain:
1.
Menegaskan eksistensi kitab terdahulu
Peran
dari Al-qur’an sebagai penegas bagi kitab sebelumnya dijelaskan dalam surat
Al-baqarah ayat 2-4:
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa, (yaitu)
mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka. dan mereka
yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat”. (Al-Baqarah 2-4)
2.
Pembenar dan ujian
Al-qur’an
juga sebagai pembenar (mushaddiq) sekaligus menjadi ujian (muhaymin) terhadap
kitab-kitab sebelumnya. Hal ini terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 48:
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
itu” (Al-Ma'idah 48)
3.
Referensi utama
Agama
islam mempercayai bahwa setiap bangsa memiliki nabi yang diutus kepada mereka
sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Yunus ayat 47 yang artinya:
“Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila
telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan
mereka (sedikitpun) tidak dianiaya”.
(Yunus 47)
Kemudian apabila umat tersebut berselisih
mengenai sesuatu hal maka Al Qur’an dapat menjadi hakim atau referensi untuk
menjelaskan hal-hal atas apa yang mereka perselisihkan. Ayat Al-qur’an surat
An-Nahl:63-64 menjelaskan:
“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan
umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan
menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih Dan
Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu
dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (An Nahl 63-64)
4.
Sejarah yang benar
Maksud
sejarah yang benar adalah bahwa sejarah yang diceritakan Al qur’an terkait
cerita umat-umat terdahulu adalah benar keberadaannya. Cerita-cerita tersebut
mengenai kaum dari rosul-rosul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian tentang
kehidupan para rasul. Beberapa cerita yang ada dalam Al qur’an berbeda dengan
versi kitab-kitab selain Al qur’an.
D. Isi
kandungan Al-Qur’an
Menurut Muhammad
Al-Khudlari, isi al-qur’an dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.
Yang berhubungan dengan keimanan kepada Allah,
kitab-kitab-Nya dan hari akhir. Hal ini merupakan pembahasan ilmu kalam.
2.
Yang berhubungan dengan perbuatan hati dan akhlak
yang mulia, ini merupakan pembahasan ilmu akhlak.
3.
Yang berhubungan dengan perbuatan anggota badan, ini
merupakan pembahasan ilmu fiqh.[4]
Kemudian Muhammad Abduh
menguraikan isi pokok Al-Qur’an sebagai berikut:
1.
Tauhid
2.
Janji dan kabar gembira dengan baiknya pahala bagi
orang yang mengambil tauhid serta ancaman dan peringatan bagi orang yang tidak
mau mengambilnya
3.
Ibadah yang menghidupkan dan menumbuhkan tauhid
dalam hati
4.
Menerangkan hukum-hukum yang menjadi jalan
kebahagiaan dan cara-cara menempuhnya yang menyampaikan kepada
kenikmatan-kenikmatan dunia dan akhirat.
5.
Kisah-kisah orang yang berdiri pada batas-batas
Allah dan mengambil pokok-pokok agamanya dan berita-berita orang yang melampaui
batas-batas Allah dan membuang hukum agamanya hal ini untuk diambil pelajaran
dan memilih jalan orang-orang yang baik.[5]
Menurut
Prof.Mahmud Syaltut, kandungan Al-Qur’an itu ada enam macam, yaitu:
1.
Aqidah yang wajib dipercayai oleh seseorang. Aqidah
tersebut ialah iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, Rasul, Hari akhir dan
sebagainya. Hal ini menjadi pemisah antara mu’min dan kafir.
2.
Akhlak yang dapat mendidik jiwa serta memperbaiki
masyarakat ataupun individu dan meniadakan tindakan-tindakan yang dapat membawa
bencana bagi manusia.
3.
Memberi dorongan dan bimbingan dalam mengamati alam
semesta untuk mengetahui hikmah-hikmah Allah dialam ini yang akhirnya dapat
meyakini akan kebesarannya berdasarkan pemikirannya sendiri, bukan sekedar
ikut-ikutan atau Taklid semata.
4.
Kisah-kisah orang terdahulu, baik kisah perseorangan
maupun bangsa-bangsa. Perihal kisah ini dimuat dalam Al-Qur’an dengan tujuan
agar menjadi pelajaran bagi umat yang akan datang.
5.
Janji dan ancaman
6.
Hukum-hukum praktis, yaitu berkenaan dengan
peribadatan atau perhubungan antara hamba dengan Tuhannya. Termasuk kandungan
Al-qur’an yang didalamnya mengandung ilmu pengetahuan bahasa arab, nahwu,
sharaf, dan balaghah.
Menurut
Dr. Ir. Muhamad Shahrul menyatakan bahwa kandungan Al-qur’an ada dua tema
pokok, yaitu:
1.
Bagian yang tetap
Bagian ini berupa undang-undang atau tata aturan
universal yang mengatur segala eksistensi sejak penciptaan alam semesta.
Terdapat undang-undang perkembangan, hukum objektif kematian, dan hukum
perubahan bentuk hingga datangnya hari kiamat dan ditiupkannya sangkakala,
kebangkitan, surga dan neraka. Bagian ini bukan tempat /wilayah permohonan
manusia untuk dapat dirubah.
2.
Bagian Al-Qur’an yang berubah
Dalam bagian ini , peristiwa dan hukum alam
partikular. Contohnya adalah perubahan angin, keragaman warna kulit, keragaman
genetik, bencana alam, dan sebagainya. Seluruh peristiwa ini dapat mengalami
perubahan, dan kejadiannya pada manusia tidak ditetapkan terlebih dahulu atau
tidak bersifat qadim.[6]
Jika
menilik buku karangan Dr. H.A. Athaillah yang menyatakan bahwa hal-hal yang
terkandung didalam kitab suci ada empat macam, yakni:
1.
Akidah yang wajib diimani, baik yang berkenaan
dengan Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, dan hari akhir. Bagian yang
pertama inilah yang menjadi pemisah antara iman dan kafir.
2.
Hukum-hukum yang praktis yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, baik yang
muslim maupun non muslim, dan dengan alam lingkungannya.
3.
Akhlak yang mulia, yang dapat memperbaiki kondisi
perangai perorangan dan masyarakat serta mendidik rohani seseorang dan umat
menjadi pribadi-pribadi yang luhur dan umat yng baik
4.
Janji akan memperoleh balasan yang baik yang
berlipat ganda bagi orang-orang beriman dan berbuat baik, orang-orang yang mau
mencari keridhaan Allah dan mau meniti jalan yang selamat baik didunia maupun
diakhirat. Dan ancaman akan menerima hukuman yang setimpal bagi orang-orang
kafir dan berbuat jahat atau maksiat.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Nama-nama untuk menyebut Al-quran antara lain
Al-kitab, Al-Furqon, Al-huda, Al-kalam, dan lain sebagainya. Kemudian hikmah
diturunkannya Al-quran adalah sebagai pejelasan yang sempurna dalam urusan
manusia, pemberi peringatan, mengetahui Allah SWT dan bagi orang-orang referensi
utama khususnya digunakan sebagai sumber hukum Islam, mengetahui Allah bagi
orang-orang yang berfikir. Dari beberapa hikmah yang ada dalam Al-quran semuanya
demi kebaikan manusia dalam menjalani kehidupannya.
Didalam agama islam juga mengakui adanya kitab-kitab
terdahulu sebelum diturunkannya Al-quran kepada nabi muhamad, hubungan antara
lain adalah menegaskan eksistensi kitab terdahulu, pembenar dan ujian,
referensi utama khususnya sumber hukum bagi agama yang menganutnya, dan sejarah
yang benar. Ada beberapa isi kandungan dalam Al-quran aqidah, hukum, akhlak,
janji dan ancaman, dan lain sebagainya.
B.
SARAN
Penulis menyarankan, perlunya
pembelajaran tentang ilmu al-quran untuk mengetahui kandungan yang ada dalam al
kitab, sehingga sebagai generasi yang dipercaya untuk bisa menjelaskan terkait
hukum agama islam. Sebagai kaum terpelajar tidak ada alasan untuk tidak dapat
mempelajari ilmu-ilmu al-quran. Agar bisa menjadi generasi penerus yang
berkualitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Khudlari,
Muhamad. 1920. Tarikh Tasyrik Islam. Mesir: Darul Ihyail Kutubil
Arabiyah.
Al-‘Aththar, Dawud.
1994. Mujaz ‘Ulum Al-Qur’an: Terjemahan. Bandung: Pustaka Indah.
Athaillah, H.A.
2010. Sejarah Al-quran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hermawan, Acep.
2011. ‘Ulumul Quran: Ilmu untuk Memahami Wahyu. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muh. Rasyid
Ridla, Muh. Rasyid. 1953. Tafsir Al-Manaar. Mesir: Darul Manaar.
Shahrur,
Muhamad. 2007. Prinsip dan Dasar Hermeneutika Al-Quran Kontemporer.
Yogyakarta: Elsaq Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_Alquran_dengan_kitab_lain Diakses pada hari Senin, 9 maret 2015. Pukul 2.52 pm
[1] Dawud Al-‘Aththar, Mujaz ‘Ulum Al-Qur’an: Terjemahan, (Bandung:
Pustaka Indah, 1994), hlm.45.
[2] Ibid, hlm.47
[3] Acep Hermawan, ‘Ulumul Quran: Ilmu untuk Memahami Wahyu, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.14.
[4] Muhamad Al-Khudlari, Tarikh Tasyrik Islam, (Mesir: Darul Ihyail
Kutubil Arabiyah, 1920), hlm.16-17.
[5] Muh. Rasyid Ridla, Tafsir Al-Manaar, (Mesir: Darul Manaar, 1953),
hlm.39.
[6] Muhammad Shahrur, Prinsip dan Dasar Hermeneutika Al-Quran
Kontemporer,(Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), hlm.96-97.
[7] H.A. Athaillah, Sejarah Al-quran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), hlm.32-33.
No comments:
Post a Comment